Harianteks.com | PINGGIR-Seluruh siswa SMPN ini berkumpul bersama majelis guru untuk mendengarkan pemaparan yang disampaikan untuk sharing informasi. Bahaya Gadget yang bisa merusak masa depan siswa. Terkhusus kearifan lokal dan sejarah perkembangan Desa Muara Basung pada masa lalu.
Kepala Desa (Kades) Muara Basung, Akhyar Mukmin menjadi narasumber pada kegiatan projek penguatan profil pelajar di SMPN I Pinggir, Sabtu (10/08/2024).
Akhyar Mukminin menyebutkan kondisi hari ini dengan kemajuan teknologi bisa menjadi ancaman serius. Bilamana para siswa tidak dikontrol oleh orang tua,sekolah, dalam menggunakan Handphone bermedia sosial.
Akhyar Mukmin mengatakan, Zaman sekarang kalau tidak pandai-pandai mengendalikan diri bisa rugi. Tidak maju dalam menjalankan kehidupan. Zaman media sosial, tanpa disadari waktu habis hanya menggunakan hp. Hanya berapa persen(%) kegunaan HP untuk anak sekolah.
Anak-anak perlu melihat, bagaimana orang tua bertukus lumus mencari rezeki untuk biaya sekolah. Menjalankan perekonomian keluarga. Demi memajukan anak anaknya. Di Muara Basung sudah lengkap semuanya, mulai guru, Kepsek, Kades, Camat, Dewan dan Bupati.
Akhyar Mukmin menyampaikan, memiliki keteguhan hati untuk menjadi seseorang yang berhasil di suatu saat nanti. Kepedulian yang tinggi untuk membangun daerahnya. Disini kita merupakan desa yang Heterogen. Banyak suku-suku di luar Sakai dan Melayu ada ditempat kita ini.
Akhyar Mukmin menceritakan, Untuk mengingat sejarah dan Kearifan lokal, desa Muara Basung disebut desa bertuah dengan makna desa berkah, maju, baik, sejahtera. Dulu namanya Sempak Mabasung, desa ini milik orang suku Sakai.
Jauh sebelum ada orang Melayu, Minang, Jawa, Batak, dulu tidak ada wilayah. Wilayah ini diberikan kebatinan Tengganau. Sekitar tahun 50-an. Pusatnya di Kuala Penaso. Penaso itu belum didaratan. Masih diatas sungai pemukiman masyarakat. Rumahnya seperti rakit. Disana ada Batin Beringin Sakai. b
Batin Penaso.
Sebutan Batin lanjutnya Kepala suku (Kepala Desa). Dulu kepala sukunya orang Sakai. Ketika perusahaan Murini, menghilir kayu untuk produk industri. Mereka minta tempat pada Batin Tengganau, untuk dipindahkan masyarakat Sakai Penaso ke Daratan.
Setelah dari Penaso hijrah ke Sialang rimbun. Diminta lagi tempat oleh Departemen Sosial ke Batin Tengganau. Untuk tempat orang Sakai. Sekalian untuk membina orang Sakai. Orang tua saya Orang Sakai, ibu orang Sakai. Orang tua laki-laki asli Melayu. Asli putera sini. Jadi keluarga besar pindah dari Balai Pungut Hijrah ke Tengganau. Orang tua dari pak Amril, Muhammad Nur. kepala desa ke-3, di Muara Basung.
Kemudian membangun suatu perkampungan kecil. Lalu dibangun tempat ibadah rumah Suluk. Tempat ibadahnya orang tua kita, syekh , Mursyid, Kalifah tarekat Naqsyabandiyah yang bersumber dari Babussalam Langkat Sumatera Utara.
Ketika itu Kakek menyebarkan Islam di Tengganau lalu ke Muarabasung. Sebelum kakek hijrah dan menganut Islam. Beliau Dukun besar penganut ilmu hitam. Dulu kearifan lokal sakai itu ada namanya berdikir pengobatan tradisional. Kakek saya, kakek pak Azmi dan Kakek pak Riki Camat. Kepercayaan mereka bisa membawa bunga dari Surga. Namun ada kejadian setiap tahun. Anaknya meninggal. Setiap tahun meninggal hingga akhirnya bertobat. Masuk Islam menuntut ilmu tarekat Naqsabandiyah ilmu Suluk. Menjadi Mursyid dan tuan syekh yang disegani di daerah ini, tutupnya.
Reporter ; (Simon parlaungan- Rilis)